Klik disini MP3 gratis

Klik disini MP3 gratis
segera miliki Exclusive Karaoke VCD Original !

YULIE NUKE

Sabtu, 01 Mei 2010

Yulie Nuke Setia Campursari

n Jakarta – “Menyanyikan lagu pop Jawa yang diaransemen dengan bunyi gamelan, tentu tak mudah. Namun, sudah saatnya saya membuktikan kepada khalayak bahwa kita (orang Indonesia) masih memiliki kekuatan akar seni budaya yang patut dijunjung dan bisa disuguhkan dan digemari oleh masyarakat internasional,” ungkap penyanyi pop campursari, Yulie Nuke, belum lama ini.

Yulie dan suami, Gatut Suryo, selama ini memang selalu tertantang buat menciptakan kreasi musik yang berbobot dan idealis. Terlebih, Gatut adalah penata musik yang kerap menyuguhkan gagasan brilian. Ia juga yang berada di balik kegemilangan Yulie Nuke. Dalam tiga bulan ke depan, dipastikan ia akan mendukung Yulie untuk peluncuran album terbarunya. Karya musik mereka tetap setia pada konsep campursari, namun dengan opsi orkestrasi.

Artis pop Jawa yang telah mengeluarkan dua album solo ini ikut menghibur dalam konser Indonesia Berkreasi di BIS (British International School) World Theatre, Bintaro, Pondok Aren, Tangerang, Banten beberapa waktu lalu.

Beberapa lagu yang dibawakannya dengan iringan Nusantara Chamber pimpinan Gatut Suryo merupakan pesan budaya lokal, Jawa dan disambut antusias oleh audiensi dari berbagai unsur penikmat seni, kalangan internal BIS, para siswa dan orang tua siswa, dan tamu perwakilan berbagai negara. Saat itu Yulie menembang “Sewu Kuto” karya Didi Kempot serta “Cinta Tak Terpisahkan” ciptaan Cak Diqin. (jjs)
http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/mungkinkah-schwarzenegger-jadi-presiden-as/

Rabu, 28 April 2010

Konser Indonesia Berkreasi Buat Bule 'Merinding'

Written by Subhan Hardi
Wednesday, 28 April 2010 18:03
Yulie Nuke tampil ok di panggung saat konser/ Foto: Subhan Hardi

Yulie Nuke tampil ok di panggung saat konser/ Foto: Subhan Hardi

APA JADINYA jika bunyi gamelan yang sangat khas digabungkan dengan sentuhan musik orkestra yang begitu 'menggigit' bunyi string-nya. Pastinya sangat berbeda dan mememunculkan nuansa entik yang begitu kuat. Selain itu, koloborasi keduanya akan melahirkan karakter baru dalam bermusik dimana tangga nada diatonik (musik barat) yang modern melebur dengan nada pentatonik yang kuat secara tradisi.

Yups..itulah yang coba 'dimainkan' Gatut Suryo sang music director saat menampilkan konsernya yang bertajuk Indonesia Berkreasi di British International School 21 April 2010 lalu. Dihadapan para Bule yang melingkupi BIS World Theatre, pertunjukan yang digelar malam hari itupun menjadi terkesan langka dan 'menyegarkan.' Sebuah idealisme bermusik coba digagas lelaki sederhana ini.
Nuke di ruang make- up terlihat segar sebelum konser/ Foto: Subhan Hardi

Nuke di ruang make- up terlihat segar sebelum konser/ Foto: Subhan Hardi

Meski tampil pada tataran dunia pendidikan, Gatut seolah tak ingin setengah hati untuk mengemas musik yang berkualitas. Karenanya, ia tak sungkan untuk membawa kelompok musik etnik Nusantara Chamber (Kamar Musik Nusantara) di bawah komandonya untuk berbuat maksimal. Menghibur kaum eskpat yang haus akan harmonisasi musik lokal kaya nilai tersebut.

Malam itu, Yulie Nuke yang memiliki suara khas pun didaulat untuk tampil mengiringi Gamelan Campursari Chandra Laras membawakan lagu-lagu pop Jawa dan Campursari. Meski musikalisasi orkestra tak sepenuhnya mengiringi alias minus one. Tetap saja suara perempuan cantik yang kental dengan kebudayaan Jawa ini renyah didengar. Diawali dengan tembang Getuk, Nuke membuka konser dengan tepukan meriah penonton yang menyaksikan.

Ada empat lagu yang dibawakan penyanyi kelahiran Surakarta 21 Juli 1970 ini. Setelah Getuk, beriringan dirinya menyanyikan lagu 'Kasmaran' (hits single di album terdahulunya) dan dua tembang campursari 'Sewu Kuto' milik Didi Kempot serta tembang 'Cinta Tak Terpisahkan' milik Cak Diqin.
Yulie Nuke dan artis pendukung/ Foto: Subhan Hardi

Yulie Nuke dan artis pendukung/ Foto: Subhan Hardi

"Ini adalah bentuk upaya saya memperkenalkan budaya Jawa kepada dunia. Sebuah perbedaan tentunya, tapi sangat mahal nilainya. Saya hanya ingin berbuat dan mencoba sesuatu," begitulah komentar Gatut di sela-sela acara saat TNOL menjumpainya. Meski tampak sibuk menyiapkan segala sesuatunya, Gatut masih menyempatkan diri menyampaikan gagasannya dalam bermusik.

Ada kalimat sederhana yang terlontar dari mulut Arek Suroboyo ini mengenai musik yang digeluti. Katanya, orang bule itu seolah 'merinding' saat mendengar musik gamelan, sementara di kita (Indonesia) karakter musik ini hampir dilupakan dan lambat laun tergerus oleh waktu. Sebuah ironi tentunya.

"Apa yang membuat saya nekad mengolah musik yang bisa dikatakan tidak populer ini. Sedehana aja, yaitu ingin menyampaikan musik gamelan dan Jawa khususnya. Bule paling suka musik gemelan," kata Gatut menjelaskan.

"Memang tidak mudah, karena banyak yang menganggap musik etnik itu susah dijual dan tidak populer," tambahnya.
Atraktif dengan musik etnik/ Foto: Subhan Hardi

Atraktif dengan musik etnik/ Foto: Subhan Hardi

Pemikiran seorang Gatut sangat masuk akal dan sulit terbantahkan. Bayangkan di tengah lesunya pasar musik etnik semisal pop Jawa, dirinya berani mencoba menembus dominasi musik anak band dengan menelurkan album pop Jawa bersama sang istri yang malam itu tampil bersamanya. Adalah Yulie Nuke dengan Album 'Kasmarannya' mencoba memecah kebuntuan dan kesunyian musik etnik yang terus berjibaku dengan dominasi industri musik pop yang 'bersliweran' tanpa batas.

"Saya ingin mencoba sesuatu yang beda, mungkin itu penilaian pertama. Konser ini sebagai pembuka, dimana nantinya akan full orkestra dalam musik yang saya mainkan. Terutama untuk album ketiga yang sedang digarap," jelas Gatut ketika diminta komentarnya mengapa konser malam itu hanya minus one.

"Tidak mudah memang untuk menampilkan full orkestra, tapi itu akan saya buat. Karena cita-cita saya bagaimana musik etnik itu bisa dinikmati dan mendunia. Syukur-syukur, saya bisa tampil dan melakukan konser di manca negara," ungkap Gatut bersemangat.

Koloborasi Cinta
Nuke dan Gatut mesra (koloborasi cinta yang kuat) Foto: Subhan Hardi

Nuke dan Gatut mesra (koloborasi cinta yang kuat) Foto: Subhan Hardi

Yulie Nuke, sang istri yang mendukung penuh cita-cita Gatut, malam itu juga tampak bersemangat. Seolah mengingatkan kenangan manis bersama sang suami saat pacaran. Nuke menyatakan begitu senang bisa tampil, berlenggok dan menyanyi dengan karakter vokal yang menjadi jiwanya.

Ya, jiwa seorang perempuan yang besar di lingkungan kesenian Jawa yang sangat kental. Semasa kecil pemilik nama asli Yuli Laraswati ini adalah putri bungsu pasangan Jawa Hardjo Soeparno dan Sudaliyem Nuke yang semasa hidupnya di Solo aktif sebagai gemelan pengrawit dan penari.

"Aku jadi ingat aja sama lagu Tugu Banjarsari meski itu nggak dinyanyikan malam ini. Hits yang diciptakan mas Gatut itu penuh nilai sejarah, mengingatkan orang akan monumen 45 tugu sejarah yang terletak di depan pasar Legi, Banjarsari kota Solo. Itu jadi saksi bisu kisah cinta kita loh," terang Nuke yang terlihat cantik dengan kebaya keemasannya menjelaskan.

Sebuah ungkapan tulus dan penuh kekuatan. Lantas, apa yang diharapkan Nuke di tengah pasar musik yang keras ini? "aku mas, nggak mikir mau terkenal atau apalah, yang penting aku bisa nyanyi dan mengangkat budaya Jawa dengan musik etnik. Jadi, mengalir saja.."

"Kalau pasar lagu pop Jawa lagi lesu, ya kita jangan ikut-ikutan lesu. Justru harus menjadi barometer untuk bangkitnya pop Jawa, musik pop Jawa punya penggemar sendiri. Makanya harus berani dan kreatif menyajikan sesuatu yang berbeda, tapi diterima masyarakat," tambah Nuke mengakhiri sekaligus menutup konsernya dengan manis.
http://tnol.co.id/en/hobby/music/3816-woi.html

Sabtu, 24 April 2010

YULI NUKE : POP JAWA DALAM ORKESTRASI INTERNASIONAL


YULI NUKE : POP JAWA DALAM ORKESTRASI INTERNASIONAL



Tuntas sudah membayar janji untuk tebar pesona di hadapan kurang lebih 1000 penonton yang terdiri dari para siswa British Internasional School serta para tamu dan undangan yang mayoritas adalah warga inggris. Penyanyi pop Jawa Yulie Nuke tampil elegan dengan balutan kebaya berwarna putih muda keamasan dalam acara PERFORMING ARTS FESTIVAL yang diselenggarakan Britis International School di World Theatre, Rabu 21 april lalu.

Nuke mampu menyihir penonton dengan karakter vokal yang khas. melantunkan tembang hit campursari Sewu Kuto serta Cinta tak Terpisahkan karya Cak Diqin, yang di kemas dengan musik gamelan seakan Nuke memberikan bukti kepada para penonton bahwa Indonesia memiliki seni dan budaya yang patut dijunjung.

Seperti dikatakan Nuke usai beraksi " Musik adalah segalanya bagi saya, karena keluarga saya-pun adalah seniman. menyanyikan lagu pop Jawa yang di aransemen dengan musik asli Jawa (gamelan) memang tidak mudah. Namun inilah saatnya saya membuktikan kepada khalayak bahwa kita (indonesia) masih memiliki kekuatan akar seni dan budaya yang bisa disuguhkan dan di gemari oleh masyarakat internasional,”papar Yulie, yang mempersiapkan dirinya selama dua bulan untuk konser ini.”Persiapan yang melelahkan terbayar sudah dengan sambutan dan applause yang ramai. Anda saksikan sendiri, kan mereka sangat suka dengan seni budaya kita,”lanjut Yulie dengan wajah sumringah.

Ketekunannya untk terus meksplorasi kemampuan dirinya seakan tiada henti, baik dalam vokal maupun gaya panggungnya. Yulie yang didampingi suaminya, Gatut Suryo menciptakan kreasi dalam bermusik, bagaimana ada nilai idealis seni budaya Indonesia namun tetap punya bobot internasional.

Gatut mencontohkan perkembangan musik di China mengkolaborasikan musik tradisonalnya ke dalam orkestra dengan cita rasa internasional. Nah, saya punya keinginan untuk mengkolaborasikan musik Jawa dengan orkestra, tentunya ini gagssan yang brilian untuk saya kembangkan,”ungkap Gatut yang masih kerabat Gilang Ramadhan yang didampingi istri tercintanya.”Ada rencana dalam waktu dekat, paling tidak tiga bulan ke depan kami akan meluncurkan album musik Campursari berkolaborasi dengan orkestra, yang nanti ditangani oleh suami saya”timpal Yulie menutup perbincangan. (qq)


varianews.com
http://varianews.com/varia-musik/varia-musik/yuli-nuke--pop-jawa-dalam-orkestrasi-internasional-.html

Luncurkan Album Pop Jawa


Yulie Nuke: luncurkan Album Pop Jawa

kabarbintang.com - Yulie Nuke, sukses album pertama, Bhineka, kembali mendebut album terbaru, Album Pop Jawa, Kasmaran. Dua buah lagu dalam album ini, dinyanyikan artis asal Solo, Jawa Tengah ini di hadapan warga negara Inggris di British International School, Bintaro Sektor IX, Banten, Rabu, 21 April.



Yulie Nuke, berangkat dari rasa idealismenya sebagai suku Jawa, mencoba membangkitkan cinta budaya Indonesia dengan meluncurkan album keduanya berbahasa Jawa, Album Pop Jawa dengan hitsnya, Kasmaran. Berbeda dengan album perdananya, Bhineka yang dinyanyikan ke dalam beberapa bahasa daerah, seperti, Ambon, Padang.



Dua buah lagu dalam albumnya, Getuk dan Kasmaran, yang dinyanyikan Yulie, dengan balutan gamelan jawa dan alat musik modern bertema Indonesia Berkreasi di hadapan warga negara asing, Inggris, mampu memberikan kepuasan bagi warga asing tersebut. “Aku berharap kolaborasi alat musik dalam lagu ini bisa mengundang warga asing untuk lebih jauh mengenal musik Indonesia,” ucap Yulie.



Album ini berisikan 10 lagu dan keseluruhannya mengusung tentang Kasmaran (cinta). Keseluruhan lagu ini dinyanyikan Yulie Nuke dalam bahasa Jawa. Yulie kelahiran 21 Juli 1970, Surakarta, begitu berani melahirkan album ini di tengah pasar industri musik di gempur oleh musik-musik irama pop melayu dan band-band pendatang baru. “Aku yakin, albumku ini bakal laku. Soalnya, sentuhan musiknya nggak kalah sama musik melayu pop yang lagi hits saat ini. Kalo kita ingat, dulu mas Didi Kempot, lagunya campur sari disenangi anak-anak kecil, anak-anak muda, dan orang tua, ” kilah Yulie Nuke menanggapi pertanyaan wartawan mengenai kemungkinan kecil lagunya dapat diterima pencinta musik tanah air.



Yulie menyadari bahwa lagu-lagu pop Jawa kini tengah lesu. Namun, ia meyakini, kalau sebuah lagu ditata dengan apik dan aransemen musik menarik, sebuah lagu pasti akan disukai. “Jadi, kita jangan kebawa tidak semangat. Kita harus kreatif menciptakan ide-ide lagu yang fresh dan easy listening supaya lagu kita tidak sia-sia. Kalau kita serba takut, repot. Kita tidak bisa memberikan kontribusi pada tanah air ini,” jelas Yulie sambil tersenyum.



Dalam penggarapan album ini, Yulie Nuke membawakan lagu-lagu dan aransemen musik ciptaan suaminya, Gatut Suryo, kompuser dan pencipta lagu. “Lagu-lagu dalam album ini, sedikit-sedikit dikolaborasi dengan alat musik luar. Sehingga keunikan warna musiknya dapat dirasakan,” jelas Gatut Suryo usai menonton penampilan istrinya menyanyi.



Gatut lebih jauh bercerita, kini dirinya tengah menyiapkan album ketiga bagi istrinya, Yulie Nuke. Keseluruhan lagunya diiringi orkestra dengan memadukan alat musik lokal dan alat musik modern.



Kehadiran Yulie Nuke di jagat hiburan di mulai pada tahun 2005. Sebelumnya, ia tidak pernah berpikir untuk berkarir menyanyi. Namun, rekan-rekan Yulie yang mengetahui wanita asal Solo, Jawa Tengah ini memiliki suara merdu, Yulie pun disarankan untuk professional menekuni dunia tarik suara. “Jadi berawal dari teman-teman yang menyuruh aku serius menyanyi. Suamiku yang saat itu sudah sering manggung dan banyak menjual lagu-lagu, akhirnya menyetujui dan akhirnya, album perdana Bhineka dinyanyikan dalam delapan bahasa provinsi daerah. Berikutnya, album kedua, ini, Album Pop Jawa, Kasmaran,” cerita Yulie.



Yulie Nuke lahir di Surakarta pada 21 Juli 1970. Ia putri dari seniman asal Solo, Jawa Tengah, Hardjo Soeparno dan Sudaliyem Nuke. Keduanya seniman dan aktif sebagai gamelan dan penari.
http://kabarbintang.com/news.php?readmore=147

YULIE NUKE

YULIE NUKE
Duet Romantis yang bersahaja